3.1.a.10. Aksi Nyata | Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

CGP dapat mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah CGP.

Aksi Nyata: Praktik menjadi pengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

Pada tahapan akhir dari siklus pembelajaran MERRDEKA, Bapak/Ibu CGP akan mendapat kesempatan untuk menjalankan rancangan yang sudah dibuat pada tahap demonstrasi kontekstual. Anda memiliki durasi empat (4) minggu untuk menjalankan rancangan tersebut. Selama menjalankan Aksi Nyata, dokumentasikan proses yang terjadi, terutama pada tahapan-tahapan yang Anda anggap penting. Dokumentasi dapat berupa foto atau video.

Semua dokumentasi yang terkait dengan pelaksanaan aksi nyata Anda akan menjadi bagian dari portofolio Paket Modul 3, yang akan Anda kumpulkan di akhir pelaksanaan Paket Modul 3.

Sebagai informasi, untuk portfolio yang akan Anda buat nanti, Anda akan diminta membuat sebuah artikel yang ditulis dengan gaya masing-masing CGP namun harus mengandung keempat komponen dalam kerangka 4P (4F), yaitu:



1. PERISTIWA (FACTS)

Dalam menciptakan budaya yang baik, budaya positif di sekolah tidak berdiri sendiri. Karena dibutuhkan sinergitas antar semua pemangku kepentingan di sekolah dalam pembiasaan-pembiasaan positif yang diterapkan. Pembiasaan positif yang akan membudaya dan berakar. Sehingga budaya tersebut dapat menjadi suatu kekuatan untuk menerapkan disiplin positif sekolah. 

Mengapa harus disiplin positif, karena semua aturan-aturan yang diterapkan ditujukan untuk melahirkan mental-mental disiplin yang berdasarkan kesadaran individunya.

Budaya positif lahir karena semua pemangku kepentingan sadar akan pentingnya taat terhadap sebuah aturan. Taat bukan karena ada konsekuensi dibalik semua itu, tapi pembiasaan bermula dari dalam diri. Mulai dari diri yang merupakan ciri dari motivasi intrinsik dimana karakter disiplin yang kuat akan terbentuk.

Dalam penerapan budaya positif di Sekolah yang saya lakukan adalah dengan penerapan kesepakatan kelas dan kesepakatan sekolah, kesepakatan kelas dibuat Bersama dalam mewujudkan sebuah disiplin dalam kelas. Kesepakatan kelas di tempel dan ditanda tangani semua murid dan kesepakatan sekolah dibuat bersama-saat apel bersama atau saat ada kegiatan dilakukan bersama-sama.

Aksi nyata yang kedua saya sebagai pemimpin pembelajaran saya menjadi coach bagi beberapa guru dan murid dengan berbagai permasalahan yang dialami mereka dalam pembelajaran di Sekolah, praktik coaching ini menuntun coachee (rekan sejawat dan murid) untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki, praktik coaching ini menggunakan langkah TIRTA

Aksi nyata yang ketiga dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas, dengan melakukan pemetaan awal terlebih dahulu mengenai profil gaya belajar murid, apakah kategori auditori, visual ataukah kinestetik. Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, proses penilaian memegang peranan yang sangat penting. Guru diharapkan memiliki pemahaman yang terus berkembang secara terus menerus tentang kemajuan akademik murid-muridnya agar ia bisa merencanakan pembelajaran sesuai dengan kemajuan tersebut. Guru diharapkan dapat mengetahui dimana posisi murid-muridnya saat mereka akan belajar dan mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selanjutnya guru membuat lesson plan (Rencana Pembelajaran) yang akan diterapkan dalam pembelajaran di Kelas dan menentukan penugasan yang akan digunakan


2. PERASAAN (FEELINGS)

Dalam melakukan beberapa bentuk aksi nyata tentunya perasaan senang, puas dan sedikit merasa lega ketika melihat murid atau rekan guru juga merasakan yang sama dari aksi nyata yang kita terapkan. Pada saat melakukan aksi nyata melihat beberapa respon yang baik dari beberapa guru dan murid tentunya saya merasa senang, walaupun di awal ada semacam keraguan dan ketakukan saat melakukan praktik coaching dengan beberapa guru karena terkait dengan dilemma etika dan sifatnya sensitif. Praktik coaching ini membekali saya kedepannya dalam pengambilan sebuah keputusan yang tepat dengan penerapan 3 prinsip, 4 paradigma dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan, keputusan tersebut juga tentunya mempertimbangkan berbagai nilai-nilai universal, berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan


3. PEMBELAJARAN (FINDINGS)

Pembelajaran yang saya dapatkan dari aksi nyata yang saya lakukan adalah dalam melakukan coaching sangat efektif jika menggunakan metode TIRTA (Tujuan, Identifikasi Masalah, Rencana dan Tanggungjawab) sehingga tidak melenceng dari tujuan coaching tersebut, namun tidak selalu sesuai urutan dari Langkah TIRTA tadi, dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan dilemma etika juga akan efektif jika menggunakan 3 teori pengambilan keputusan : 3 prinsip, 4 paradigma dan 9 langkah pengambilan keputusan. Dengan memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid.

Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, ketrampilan memanage waktu sangatlah dibutuhkan bagi seorang guru mengingat jam pembelajaran banyak berkurang karena kondisi pandemi. Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat berjalan efektif dan bisa memenuhi kebutuhan seluruh murid dan sesuai dengan tujuan awal dari sebuah pembelajaran yang disampaikan.


4. PENERAPAN KE DEPAN (FUTURE)

Setelah saya mengikuti semua rangkaian kegiatan pembelajaran untuk modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, saya berharap mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan diperlukan dalam pengambilan keputusan yang diambil. Keputusan yang saya ambil hendaknya sudah sesuai dengan nilai-nilai kebajikan, berpihak pada murid dan bertanggungjawab. Pada praktik coaching akan membantu dengan mengajukan berbagai pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan yang baik.

Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena dalam sebuah keputusan tidak ada keputusan yang mengakomodasi seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Dalam pengambilan keputusan juga dibutuhkan visi dan misi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting di Sekolah agar dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan yang tepat.


Komentar

Postingan Populer

1.1.a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Forum Komunikasi Fasilitator dan Peserta Modul 3.2

3.2.a.5. Ruang Kolaborasi - Forum Kelompok